Header Ads

Astaga! Ternyata Hal Sepele Ini Tanda Seseorang Akan Bunuh Diri

IST - Ilustrasi seseorang membutuhkan bantuan.


KABARESOLO.COM - Saat ini Kamis 10 September 2020 merupakan Hari Pencegahan Bunuh Diri sedunia.

Banyak yang tak menyadari kalau orang-orang terdekat kita memiliki potensi besar melakukan tindakan nekat untuk bunuh diri.

Seperti dikutip dari website resmi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Guru Besar Psikologi Klinis UGM, Prof. Sofia Retnowati paparkan tanda-tanda seseorang akan bunuh diri dan bagaimana pencegahannya.

Siapa sangka hal sepele dan dianggap hal biasa ternyata tanda-tanda seseorang akan mengakhiri hidup.

Yuk cermati agar tak terlambat dan nyawa teman, saudara atau keluarga dekat bisa diselamatkan.

Tiap tahun tercatat di dunia ada 800 ribu orang meninggal akibat bunuh diri.

Prof Sofia menyampaikan kalau seseorang sebelum melakukan bunuh diri akan menunjukkan sejumlah perilaku tak biasa baik secara verbal maupun nonverbal.

Paling berbahaya ketika orang yang berniat bunuh diri tak terang-terangan atau ia hanya berikan pertanda samar seperti di media sosial.

Orang yang sudah berniat bunuh diri akan posting di media sosial dengan sesuatu yang terkait dengan bunuh diri.

“Posting yang tidak biasa di medsos misalnya mengubah gambar profil dengan sesuatu yang terkait dengan bunuh diri dan simbol kematian, status meresahkan, dan mendeaktivasikan akun,”jelas Prof Sofia.

Kenali tanda-tanda awal seperti postingan di media sosial.

Nah sesuatu yang paling jelas yakni pengakuan.

Seperti terang-terangan mengungkapkan pada orang terdekat ingin bunuh diri, ingin melukai diri, secara terang-terangan mengancam akan bunuh diri selalu bicara putus asa akan hidupnya, menganggap dirinya sebagai beban orang lain, menarik diri dari lingkungan, selalu berbicara atau menulis tentang kematian, merasa kesepian dan terkucilkan, menunjukkan kecemasan yang tinggi, merasakan kekesalan terhadap diri sendiri yang kuat dan lainnya. 

Terdapat pula tanda-tanda sekunder pada orang yang berniat bunuh diri, contohnya gangguan tidur. 

Lalu, merindukan orang terdekat yan sudah meninggal, memiliki keinginan menghilang, mengatakan 'waktunya telah tiba' atau 'inilah waktunya untuk beristirahat', dengan sengaja menghentikan konsumsi obat medis, perasaan bersalah yang kuat, nafsu makan berkurang drastis, dan menyiapkan perlengkapan kematian sendiri. 

PEDULI DAN JANGAN ANGGAP REMEH 

Kunci pencegahan bunuh diri yakni kepedulian, empati dan jangan menganggap remeh.

Prof Sofia berharap kita sebagai orang terdekat mengenali tanda-tanda awal bunuh diri dan segera tanggap  menunjukkan kepedulian serta membuka komunikasi dengan orang yang berniat bunuh diri. 

Dengan begitu diharapkan bisa mencegah tindakan bunuh diri yang dilakukan oleh pelaku. 

Beberapa kasus karena menganggap remeh dan mungkin hanya gertak sambal saja ternyata benar-benar kejadian, maka ia meminta masyarakat untuk tidak menganggap remeh jika ada orang yang mengungkapkan ingin bunuh diri.  

Orang yang berbicara tentang bunuh diri berada dalam kondisi putus asa yang sebenarnya membutuhkan bantuan. 

“Jangan diabaikan dan dianggap remeh hanya sebagai bentuk mencari perhatian. Ketika ada orang yang bicara ingin bunuh diri jangan ditinggalkan, tapi langsung dampingi dan tunjukkan bahwa masih ada orang-orang yang peduli terhadapnya,” tegasnya. 

Meski demikian untuk melakukan pendekatan pada orang yang ingin bunuh diri, diharap keluarga maupun masyarakat tidak menunjukkan rasa khawatir secara berlebihan. 

Sebab, kondisi itu justru akan membuat mereka merasakan hanya sebagai beban bagi kita. 

Ia juga menyarankan agar menghindari banyak menasihati, cukup menjadi pendengar yang baik. 

Kemudian pastikan yang bersangkutan berada pada kondisi yang aman dan nyaman serta jauhkan barang-barang yang bisa mengancam keselamatan. 

“Keluarga, teman, dan lingkungan harus lebih peduli. Jika mengalami kesulitan segera bantu cari pertolongan pada tenaga profesional,”terangnya.

PEMICU BUNUH DIRI

Prof Sofia kembali menjelaskan kalau terdapat beragam faktor yang memicu seseorang untuk bunuh diri seperti faktor psikologis, sosial, biologis, serta kultural. 

Misalnya, keadaan sosial ekonomi yang tidak baik, usia lanjut, memiliki penyakit kronis, depresi, penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan, tingkat religiusitas rendah dan lainnya.

“Mengalami kejadian yang tidak menyenangkan seperti putus cinta, perceraian, KDRT, bulliying, pelecehan seksual juga menjadi faktor-faktor risiko bunuh diri,”jelas Dosen Fakultas Psikologi UGM ini.

Semoga bermanfaat dan yuk lebih peka dan peduli untuk membantu orang-orang terdekat kita. (UGM.AC.ID/KABARESOLO.COM)

 

Artikel ini diambil dari situs resmi UGM dengan judul dan tautan ini: Kepedulian Masyarakat Bisa Cegah Bunuh Diri.



Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.