Header Ads

Tahun 2040 Jumlah Plastik di Laut Setara Bobot 3 Juta Paus Biru

DOK NEWS.ABS-CBN - Seekor kepiting terjebak dalam gelas minuman mineral kemasan.


KABARESOLO.COM - Awalnya keberadaan plastik sangat membantu manusia, tapi kini berbalik.

Plastik jadi ancaman bagi semua makhluk hidup.

Beberapa waktu lalu muncul penelitian tentang mikroplastik yakni unsur plastik yang sangat kecil terkandung dalam garam dan ikan di Indonesia.

Nah bagaimana kalau kita konsumsi tentu di dalam tubuh kita terkandung mikroplastik yang berbahaya bagi kesehatan.

Lalu fakta baru berdasarkan riset menunjukkan kalau nanti di tahun 2040 akumulasi jumlah sampah plastik di laut setara dengan bobot 3 juta ton Paus Biru, Minggu 26 Juli 2020.

Bayangkan satu saja berat dan besarnya luar biasa, kalau 3 juta Paus Biru dewasa bagaimana bayanginnya?

Seperti dilansir dari PRNewswire, sebuah analisis baru oleh The Pew Charitable Trusts dan SYSTEMIQ menyatakan bila tanpa tindak lanjut yang cepat dan terus menerus sampah plastik ke laut meningkat tiga kali lipat di tahun 2040.

Analisis ilmiah tersebut dirilis pada Kamis 23 Juli 2020 dalam laporan berjudul  "Menghentikan Gelombang Plastik: Sebuah Penilaian Komprehensif Tentang Jalur Untuk Menghentikan Polusi Plastik di Laut." 

Berbarengan dengan artikel di jurnal science bertajuk "Mengevaluasi Skenario Menuju Nol Polusi Plastik."

Melalui pelaporan disebutkan bila tak diambil tindakan yang tepat untuk mengurangi pertumbuhan produksi dan konsumsi plastik, maka jumlah plastik yang memasuki laut meningkat tajam dari 11 juta metrik ton menjadi 29 juta metrik ton selama 20 tahun ke depan.

Bila sampah tersebut dikumpulkan sama seperti 50 kilogram plastik di setiap meter garis pantai seluruh dunia.

Apalagi diketahui kalau plastik tetap berada di laut selama ratusan tahun tidak pernah benar-benar terurai.

Akumulasi jumlah plastik di laut pad atahun 2040 capai 600 juta ton setara berat lebih dari 3 juta paus biru.

LANGKAH HENTIKAN GELOMBANG PLASTIK

Berdasarkan laporan "Menghentikan Gelombang Plastik" mengidentifikasi langkah-langkah untuk dapat mengurangi sekitar 80 persen aliran polusi plastik ke laut setiap tahun sampai 2040.

Pertama mengurangi pertumbuhan produksi dan konsumsi plastik, lalu mengganti beberapa plastik dengan alternatif seperti kertas dan bahan yang bisa diolah menjadi kompos.

Dirancang sebuah produk dan kemasan untuk daur ulang artinya produk tersebut sangat kuat dan bisa digunakan berkali-kali, selama mungkin.

Hal ini bisa dilakukan di lebih banyak negara-negara berpenghasilan menengah dan rendah.

Program daur ulang harus ditingkatkan dan mengurangi ekspor sampah plastik.

Bila hal ini kompak dilakukan bisa menghemat $70 miliar dana pemerintah pada tahun 2040.

Dapat mengurangi perkiraan emisi gas rumah kaca tahunan terkait plastik sebesar 25 persen dan menciptakan 700.000 lapangan kerja.

"Tidak ada solusi tunggal untuk polusi plastik laut, tetapi melalui tindakan yang cepat dan terpadu kita dapat menghentikan gelombang plastik," kata Tom Dillon, Wakil Presiden Pew bagian lingkungan.

"Seperti yang ditunjukkan dalam laporan ini, kita dapat berinvestasi untuk masa depan dengan pengurangan sampah, kesehatan yang lebih baik, penciptaan lapangan kerja yang lebih besar, dan lingkungan yang lebih bersih dan lebih tangguh untuk manusia dan alam," imbuhnya.

Hal tersebut jadi tantangan tersendiri bagi produsen dan konsumen pengguna plastik murni untuk beradaptasi agar tak lagi menggunakan barang plastik sekali pakai.

Melainkan untuk merancang produk plastik yang awet, kuat dan bisa digunakan selama mungkin.

Analisis ini merupakan hasil kerjasama Universitas Oxford, Universitas Leeds, Ellen MacArthur Foundation, dan Common Seas berkolaborasi dengan The Pew Charitable Trusts dan SYSTEMIQ dalam menyusun laporan "Menghentikan Gelombang Plastik." Laporan ini juga dikembangkan dalam kemitraan dengan panel yang terdiri atas 17 ahli global.

MULAI DARI KITA

Nah sepertinya tak perlu menunggu entah itu kebijakan pemerintah atau sistem baru ditetapkan, bagaimana bila mulai dari kita.

Dimulai dari tidak menggunakan plastik sekali pakai, mulai dari sedotan bisa ganti gunakan sedotan bambu atau sedotan besi stainless yang banyak dijual saat ini.

Lalu saat belanja lebih baik membawa tas sendiri yang bisa digunakan berulang-ulang.

Ini memang sulit di awal karena sudah terbiasa gunakan sedotan sekali pakai, pakai langsung buang, kalau gunakan sedotan bambu atau besi harus mencuci setelah menggunakan.

Butuh kebaikan diri, tekat yang kuat demi Bumi yang kita tinggali menjadi tempat yang lebih baik dan nyaman.

Dan tentu perlu diajarkan pada generasi penerus pada anak cucu kita, dan itu dimulai dari kita. (PRNewswire/KabareSolo.com/Rimawan Prasetiyo)


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.