Header Ads

Di Masa Lalu ketika Bawahan Lebih 'Bersinar' dari Atasannya Kehidupan dan Karier Tamat

IST - Ilustrasi.


Masa lalu bisa jadi pelajaran yang sangat berharga untuk menapak kesuksesan di masa kini, meski zaman telah berubah tapi ada efek yang mirip yang bisa jadi kaca benggala. Nasib seorang jenderal di masa Dinasti Sung Selatan ini jadi tanda awas bagi kita agar tak jadi korban di dunia kerja.

KABARESOLO.COM - Sebuah kisah kepahlawanan berakhir tragis karena ambisi sang kaisar yang tak ingin bawahannya lebih 'bersinar' atau lebih populer di mata rakyat.

Seharusnya pertempuran bisa dimenangkan dan wilayah utama bisa direbut kembali tapi gara-gara hal ini pihak musuh yang lebih jeli menilai situasi akhirnya memenangkan pertempuran.

Kisah ini terjadi pada awal abad 20 yakni di era Dinasti Sung Selatan tahun 1127 sampai 1279, seperti ditulis oleh Walton C Lee dalam bukunya Wisdoms Way.

Saat itu Cina Utara ditaklukkan oleh bangsa barbar, ibukota direbut dan dijarah.

Pada 1126 sang kaisar dan keluarganya ditangkapkemudian dibawa ke wilayah Utara ke daerah yang jauh dan dingin.

Seorang saudara laki-laki kaisar yakni King Sung Kao mendirikan dinasti itu kembali di sepanjang Sungai Yangtze dengan dirinya sebagai kaisar.

Dalam pemerintahan baru ini pejabat terbagi jadi dua, satu kelompok ingin merebut kembali daerah yang terlepas sedangkan yang lain lebih suka untuk berunding dengan musuh.

Kaisar baru ini berada di situasi yang sulit, jika musuh akan mengembalikan kaisar yang diculik tentu kaisar baru akan dipaksa menyerahkan statusnya sekarang atau akhirnya terjadi perang saudara.

Karena tak ingin menyerahkan kekuasaan yang baru saja diperoleh, kaisar baru ini memilih untuk lebih suka berunding dengan musuh.

Perdana menterinya seorang yang bijak akhirnya menyelenggarakan pembicaraan damai dengan bangsa barbar, tapi sebagian besar jenderal tetap memilih melawan musuh tanpa pedulikan rencana kaisar.

Rakyat bersedia membantu perjuangan lantaran tak ingin diperntah oleh penjajah yang tidak beradab, mereka dengan giat membantu tentara mengusir penjajah.

Dalam sebuah pertempuran berdarah para penjajah dari Utara dipukul mundur oleh seorang jenderal yang terkenal bernama Yueh Fei.

Pangeran bangsa barbar Kin Wu Shiu yang bertanggung jawab atas malapetaka militer ini merasa kesal dan mempertimbangkan secara serius penarikan pasukan dari bekas ibukota Cina itu.

Hal ini tentu akan jadi sesuatu yang positif bagi pihak kaisar karena mendorong wilayah lain untuk bertempur untuk melawan penjajah mereka.

Hasilnya nanti bagian Utara Cina yang dikuasai penjajah bisa direbut kembali.

Sebeleum itu terjadi, ada seorang penasihat yang sangat cerdas berikan nasihat pada pangeran bangsa barbar ini.

"Yang Mulia tidak perlu mengevakuasi pasukan Anda sama sekali. Lawan Anda Yueh Fei akan segera ditarik. Tanpa kepemimpinannya, kekuatan mereka tak dapat ambil alih ibukota ini."

Pangeran bangsa barbar merupakan seorang jenderal berpengalaman itupun terperanjat dan berteriak.

"Apa kamu sudah gila? Itu tidak mungkin!"

Dengan berapi-api ia membantah si penasihat.

"Jenderal Yueh Fei adalah seorang yang jenius. Hanya dengan lima ratus tentara pada mulanya, ia kemudian mengumpulkan dan melatih beberapa ribu orang sipil dan mereka sepenuhnya mengalahkan pasukan elitku yang berjumlah seratus ribu orang. Kita telah bertempur sepanjang hidup kita dan belum pernah berhadapan dengan lawan yang setangguh ini. Keyakinan anak-anak kita hancur berkeping-keping, mereka bahkan takut terlibat pertempuran lainnya. Keparat itu benar-benar-benar mengalahkanku kali ini. Apalagi penghuni kota menyambut Yueh Fei. Mereka secara rahasia menyabotase gudang-gudang militer kita. Terus terang saja, aku akan kaget jika kembali ke negara kita bersama sepertiga pasukanku. Bagaimana mungkin kamu meramalkan kemenangnanku?

"Yang Mulia, meskipun Anda berbakat di medan pertempuran, saya khawatir kalau Anda naif dalam hal politik."

Penasihat ini dengan cermat menganalisa dan berikan pendapat terbaiknya.

"Dalam sejarah, pernahkah Anda mendengar ada pahlawan yang bersinar melebihi tuan mereka dan tidak kehilangan kepala? Nasib lawan Anda ditentukan oleh prestasinya yang luar biasa dan keberhasilan Yueh Fei ini mengancam posisi kaisar yang baru. Percaya pada saya, Yueh Fei akan segera ditarik mundur."

Setelah tertegun sejenak tiba-tiba meledaklah tawa pangeran tersebut dan menyetujui analisa panasihatnya.

Ia tak lagi memerintahkan untuk mundur justru memerintahkan untuk memperkuat kota.

Dan akhirnya ternyata ramalan penasihat jadi kenyataan, beberapa hari kemudian Yueh Fei ditarik mundur ke ibukota Selatan yang baru dan dengan liciknya ia dipromosikan menjadi Wakil Menteri Pertahanan, sebuah posisi terhormat yang tidak memiliki kekuatan.

Karena ketidakhadiran Yueh Fei, pertempuran-pertempuran militer utama tidak diteruskan.

Setelah berbulan-bulan negosiasi, kedua negara menandatangani damai, perbatasan yang baru adalah sepanjang Sungai Yangtze.

Informasi tambahan kehadiran Yueh Fei tidak disukai karena reputasi patriotisnya.

Beberapa bulan kemudian sang perdana menteri menyebarkan tuduhan yang dibuat-buat dan secara pribadi mengeluarkan surat perintah.

Jenderal Yueh Fei ditahan dengan kasar, dijebloskan ke dalam penjara, diajukan ke pengadilan dan dijatuhi hukuman mati.

Di usia 39 tahun Yueh Fei seorang pemimpin militer dan ahli strategi termuda dan paling cakap dalam sejarah Cina ini hidupnya diperpendek karena ambisi dang kaisar.

Hikmah dari kisah ini adalah waspada bila tujuan Anda berbeda dengan atasan apalagi bila kesuksesan Anda melebihinya.

Ingat tak berapa lama, kehidupan dan karier Anda dalam bahaya. (*/KabareSolo.com)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.