Hukuman Sepele tapi Memalukan Ini Bikin Kapok Pegawai di Era Dinasti Tang
NY PUBLIC LIBRARY - Contoh hukuman bsangat berat yang dilaksanakan di masa lalu lokasi di Peking. |
Sejak dulu para pemimpin menggunakan berbagai cara agar bawahannya disiplin dan memenuhi tugas serta tanggung jawabnya dengan baik. Beberapa cara digunakan bahkan terlalu kejam, tak manusiawi malah nggak efektif justru menyimpan dendam yang bisa jadi masalah di kemudian hari. Kali ini ada hukuman sepele tapi efektif dilakukan di era Dinasti Tang.
KABARESOLO.COM - Kisah ini ada di masa Dinasti Tang tahun 618 sampai 907 diceritakan kembali oleh Walton C Lee dalam bukunya Wisdoms Way.
Saat itu Dinasti Tang dalam kondisi makmur dan perekonomian berada di puncaknya.
Para pedagang bahkan berjalan sejauh ribuan mil untuk berdagang dengan bangsa Arab dan Romawi.
Kondisi politik yang damai kesejahteraan masyarakat makin meningkat.
Nah ada peristiwa yang unik, dulu hukuman fisik merupakan hal umum untuk pelanggaran-pelanggaran ringan.
Seorang walikota yang baru saja dilantik bernama Lee Fong mengubah kebijakan.
Pemukulan rotan yakni hukuman yang paling umum merupakan hal yang kejam dan ia nilai sangat tidak perlu.
Sebelumnya kalau ada pegawai yang bersalah atas kesalahan kecil, tidak disiplin dan sebagainya akan dipukul dengan rotan.
Walikota Lee Fong mengubah hukuman tersebut dengan surban warna hijau.
Di masa itu dan hingga saat ini menggunakan surban hijau memiliki arti khusus bagi masyarakat China.
Mengenakan surban hijau berarti istri seseorang melakukan perzinahan yang sangat memalukan bagi suaminya.
Jumlah hari bagi terhukum mengenakan surban hijau tergantung tingkat kesalahannya atau keseriusan masalahnya.
Surban hijau menarik perhatian sehingga orang yang berbuat jahat dapat dengan mudah ditemui, dikenali bahkan jadi bahan bully.
Gambaran ini juga akan melekat padanya seumur hidup hukuman ini lebih buruk dari pemukulan rotan di pengadilan.
Sejak ada aturan ini para asisten walikota saling mengingatkan agar tak melecehkan hukum, sebagian besar mereka juga tak berani ambil risiko atas hukuman yang memalukan ini.
Hukuman yang tak menyakiti badan tapi terkait dengan kehormatan dan harga diri.
Efeknya selama pemerintahan Lee Fong tingkat tuntutan di pengadilan yang melibatkan bawahannya berkurang drastis, para pegawai bekerja dengan disiplin dan zero kesalahan.
Cara cerdas bukan, mungkinkah cara semacam ini bisa diterapkan di pegawai pemerintahan ya.
Bagaimana menurutmu? (*/KabareSolo.com)
Post a Comment