Header Ads

Cara Cerdik Perdana Menteri yang Terluka Parah Memperdaya Pelaku agar Mengakui Kejahatan

ISTIMEWA - Ilustrasi patung tentara Terakota.


Di zaman dulu pembunuh bayaran sangat profesional, mampu menghilangkan jejak setelah menyelesaikan tugasnya. Tentu sangatlah sulit untuk mengungkap siapa pembunuh dan siapa otak pembunuhan tersebut. Namun seorang perdana menteri yang terluka parah akibat pembunuh bayaran sebelum meninggal sempat meminta agar raja melakukan sesuatu untuk mengungkap siapa pelakunya dan akhirnya berhasil!

KABARESOLO.COM - Peristiwa ini terjadi di masa perang saudara .

Seorang perdana menteri harus terluka parah karena di tangan pembunuh bayaran yang profesional.

Kisah ini dirangkum oleh Walton C Lee dalam buku Wisdoms Way.

Diceritakan di tengah perselisihan politik tingkat tinggi seorang perdana menteri menjadi sasaran rival politiknya, tapi tak diketahui siapa pejabat tersebut.

Maka beberapa saat sebelum perdana menteri meninggal ia meminta sesuatu sebagai permintaan terakhirnya pada raja.

Permintaan tersebut merupakan cara agar pembunuh sekaligus pejabat yang menyewa pembunuh tersebut mengakui perbuatannya.

Mendapat bisikan dari perdana menteri sang raja sangat berat untuk mengabulkannya karena harus mengorbankan tubuh sang perdana menteri.

Namun akhirnya ia mengabulkannya dan dimulailah rencana tersebut.

Beberapa saat setelah kematian raja mengumumkan ke rakyatnya tentang kematian perdana menterinya yang setia.

Bukannya berduka raja malah senang dan mengumumkan kalau perdana menteri merupakan seorang agen asing.

Di depan umum mayat perdana menteri dipotong-potong dan digantung di jalan-jalan umum.

Raja mengatakan kalau kejahatan perdana menteri tak terampuni, menjadi mata-mata asing dan membahayakan negeri.

Maka setelah bagian-bagian tubuh perdana menteri digantung di seantero negeri untuk dipertontonkan ke khalayak, raja bersabda kalau orang yang membunuh pedana menteri merupakan sebuah tindakan kepahlawanan.

Andai saja tidak dibunuh malam itu perdana menteri membocorkan informasi penting dan negeri segera diserbu kerajaan lain dan negerinya bisa hancur lebir.

Raja memuji sang pembunuh sekaligus orang yang menyuruh melakukan pembunuhan tersebut.

Raja berjanji akan beri hadiah, jabatan serta penghargaan setinggi-tingginya bagi orang yang telah membunuh pengkhianat bangsa.

Tak butuh waktu lama si pejabat tingkat tinggi yang menyuruh pembunuh bayaran membunuh perdana menteri segera keluar dan menyampaikan pengumuman.

Ia bahkan membeberkan intrik mereka dan meminta penghargaan yang dijanjikan raja.

Pejabat tersebut datang dengan si pembunuh dengan wajah bahagia, membayangkan banyaknya hadiah dan pujian yang akan mereka dapatkan.

Namun kebahagiaan mereka berubah seketika menjadi duka setelah para pengawal menangkap dan mengadili mereka.

Mereka hanya bengong tak percaya dengan apa yang terjadi, ternyata mereka baru sadar kalau masuk perangkap.

Pejabat dan pembunuh tersebut kemudian diadili dan dihukum mati.

Raja kemudian membeberkan apa yang terjadi, ia menyampaikan pada rakyat agar tak terjadi kebingungan.

Rakyat jadi tahu bagaimana kehebatan perdana menteri bahkan di saat-saat ajal menjemput masih bisa menangkap orang yang membunuhnya dengan memanfaatkan tubuhnya.

Organ-organ tubuh perdana menteri kemudian dikumpulkan, dijahit kembali, dan mendapatkan penghorrmatan serta pemakaman yang layak sebagai pejabat tinggi yang memberikan pengabdian luar biasa bagi negeri.

Di zaman dulu tindakan kejam hukuman mati, hukuman potong tubuh masih berlaku.

Saat ini tentu sudah tak lagi relevan, tapi strategi dan kecerdikan perdana menteri menjebak pelaku jadi pelajaran tersendiri.

Banyak kisah-kisah di masa lalu yang hebat dan layak jadi kajian. (*/KabareSolo.com)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.