Header Ads

Wow! Hal Sepele tapi Cerdik Inilah yang Bikin Ubud Bali Mendunia

IST/WIKIPEDIA - Istana Ubud (atas), Museum Radana (kiri bawah) dan foto bersejarah (kanan bawah) Rudolf Bonnet berfoto di depan rumah di Ubud.

Ubud tak bakal menjadi daerah kunjungan wisata dan mendunia kalau saja hal ini tak dilakukan. Ada sosok change maker dan tokoh tersebut adalah Tjokorda Gde Agung Sukawati Raja Ubud Bali. Dan hal sepele nancerdik inilah yang dilakukannya.

KABARESOLO.COM - Nukilan kisah yang menjadi bagian dari buku bestseller karya Rhenald Kasali berjudul 'CHANGE!' sangat menginspirasi.

Andai saja hal yang dikisahkan dalam buku ini tentang Ubud dilakukan di wilayah lain, wilayah tersebut bakal menjadi saingan berat Ubud.

Rhenald dalam buku tersebut menjelaskan kebijakan sepele nancerdik yang bikin Ubud berubah.

Berikut kisah lengkap seperti dikutip KabareSolo.com dari buku berjudul 'CHANGE!'

Siapa yang tak kenal Ubud Bali, hampir semua pelancong baik dari dalam maupun luar negeri mengenal Indonesia gara-gara Ubud Bali.

Kenapa tempat ini istimewa?

Bukan hanya karena keindahan alamnya tapi juga berbagai karya seni bercitarasa dunia tercipta di sini, dibuat oleh seniman-seniman berbakat terlahir dari kebijakan yang luar biasa dari Raja Ubud Bali.

Sebuah desa di Ubud Bali terdapat dua buah sungai yang bermuara pada satu titik.

Satu sungai bernama Sungai Wadon yang berarti perempuan dan satunya lagi Sungai Lanang yang artinya laki-laki.

Sungai tersebut hanya dipisahkan oleh sebuah bukit di titik pertemuan yang diberi nama Tjampuhan.

Di titik inilah dipercaya sebagai tempat orang suci nenek moyang orang-orang Bali, Maharesi Markandia yang sakti.

Maharesi Markandia berhasil menaklukkan dedemit yang sangat menguasai Bali, maka di titik tersebut dibangunlah sebuah pra yang sangat suci bernama Pura Gunung Lebah.

Konon di desa-desa sepanjang sungai tersebut mengalirlah darah-darah seni orang Bali.

Desa Penestanan, Pengosekan dan Sukawati terkenal sebagai desa lukis.

Celuk desa perak, Batu Bulan desa stone carving dan sebagainya.

Singkatnya Ubud dikenal sebagai daerah yang kaya dengan seni.

Nah karena keseniannya yang sangat istimewa plus alam pegunungan yang dikelilingi pesawahan indah, Ubud dikenal sebagai daerah kunjungan wisata paling favorit dan bernilai ekonomis sangat tinggi.

Jangan heran bila di sepanjang jalan di Ubud Anda bakal bertemu dengan para selebriti level dunia, guru-guru besar dari universitas terkenal serta usahawan mancanegara.

Menggunakan sepeda mereka mengayuh mengunjungi museum yang satu ke museum-museum yang lain.

Lalu mereka akan memborong lukisan dan karya-karya seni.

Sebagian besar orang yang tak mengerti pasti bakal menduga kalau Ubud adalah warisan alam yang terjadi begitu saja dan ini perlu diluruskan.

Dalam buku CHANGE! Rhenald Kasali menyampaikan kalau Ubud tidak akan pernah benar-benar menjadi daerah kunjungan wisata bila saja tak ada seseorang yang dengan sungguh-sungguh melakukan change.

Change maker tersebut adalah Tjokorda Gde Agung Sukawati Raja Ubud.

Semasa hidup, Tjokorda sangat memerhatikan kesenian.

Ia berpikir rakyatnya tak bisa hidup seperti ini terus menerus, mengandalkan keindahan alam maupun dalam hal pertanian saja.

Maka ia pun kemudian berpikir bagaimana agar Ubud bisa menarik minat banyak orang dengan karya-karya seni yang sangat indah dan bernilai.

Dan ia pun mendapatkan sebuah ide sepele, cerdik tapi cemerlang.

Ia harus bisa membawa pelukis-pelukis hebat kelas dunia ke Ubud dan dengan sukarela mengajari penduduk desa.

Maka setiap kali ia mendengar ada pelukis hebat datang ke indonesia ia datangai dan ia ajak ke Ubud.

Tjokorda memburu nama-nama terkenal.

Walter Spies ia jemput di pelabuhan dan diberi rumah di Bali, syaratnya hanya satu yakni mengajari anak-anak Ubud melukis.

Sejak saat itu yang datang ke Ubud Bali tak hanya Walter Spies ada Rudolf Bonnet, Arie Schmidt dan Hanz Snell.

Mereka adalah sosok-sosok pelukis besar yang memberikan pengaruh pada cara melukis di Ubud.

Bahkan Antonio Blanco jatuh cinta dengan gadis Bali dan menetap di sini sampai mati.

Konon sebelum kedatangan para pelukis-pelukis dunia ini, lukisan seniman Ubud terbatas hanya pada tema-tema yang lazim ditemui pada epos Mahabarata dan Ramayana.

Dan sekarang Anda bisa menemukan karya-karya yang sangat ekspresif dengan multitema.

Dikisahkan Rhenald, putra almarhum Tjokorda Gde Raka Sukawati yang sekarang menjadi dosen di Universitas Udayana sekaligus pengusaha resor di Ubud menjelaskan tentang kiprah ayahnya.

Menurutnya sang ayah yang pergi sendiri menyambut para seniman besar dan menawarkan untuk tinggal di Ubud.

Bahkan pelukis besar Affandi termasuk yang pernah diburunya.

Gagasan sepele ini sekarang bisa dinikmati hasilnya oleh warga Bali.

Para turis kini tak lagi takut mendatangi daerah yang dulu agak tertutup dan berhutan lebat.

Di Tjampuhan bekas rumah Walter Spies sampai sekarang masih bisa dilihat rekam jejak kedatangannya.

Rumah itu ada di tengah-tengah kawasan Hotel Tjampuhan.

Tak jauh dari lokasi tersebut Tjokorda Gde Raka Sukawati membangun sebuah resort butik yang juga sangat digemari para turis asing yakni Pitamaha.

Pelanggan tetapnya seperti David Copperfield dan Cindy Crawford.

Lalu di Desa Kedewatan, Tjokorda membangun sebuah patung yang sangat besar berupa dewa-dewi.

Daerah ini memamang dikenal sebagai desa yang kerap didatangi bidadari sehingga diberi nama Kedewatan.

Di situ ada sebuah resort butik yang sangat indah yang dibangun oleh ratusan seniman.

"Saya menyaksikan bagaimana warga desa membangun resort ini dengan tangan-tangan yang snagat terampil namanany The Royal Piatamaha," jelas Rhenald.

Usai membaca kisah ini sepertinya ingin menyusuri sejarah dan mencoba merekam jejak para pelukis ternama.

Yuk kapan-kapan ke Ubud. (*/KabareSolo.com)



Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.