Kenapa Jokowi Rela Masuk Got? Ternyata Ia Terapkan Teknik Luar Biasa Ini
ISTIMEWA - Jokowi saat jadi Gubernur DKI Jakarta dan masuk ke dalam got. |
Saat menjadi Gubernur DKI Jakarta foto Presiden Joko Widodo (Jokowi) viral karena ia rela masuk ke dalam selokan bersama bawahan-bawahannya dari dinas terkait. Apa yang ia lakukan tentu bikin heboh karena jarang ada pemimpin yang mau lakukan hal demikian, belakangan diketahui ternyata ia menerapkan teknik yang luar biasa.
KABARESOLO.COM - Pemimpin luar biasa selalu memiliki cara untuk membuat perubahan. Presiden Jokowi sudah berikan contoh dan ternyata ia menerapkan teknik luar biasa yang sebelumnya telah dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar.
Teknik tersebut adalah inescapable experience atau pengalaman yang tak terelakkan.
Sebuah teknik yang dipakai untuk mengajak orang lain untuk membuat perubahan.
Agar bisa melakukan perubahan, para eksekutif atau karyawan senior diajak untuk melihat, mendengar, merasakan dan mengalami pengalaman secara langsung yang tak bisa membuat mereka mengelak.
Presiden Jokowi telah menerapkan hal ini.
Ia sering blusukan contoh saat ia masuk ke dalam selokan saat itu ia mencoba untuk mengetahui bagaimana kondisi nyata selokan di Jakarta untuk upaya mengatasi banjir.
Ia bahkan masuk ke dalam got dan meminta pimpinan dinas terkait juga menyaksikan kondisi tersebut agar bisa dilakukan perubahan.
Contoh lainnya saat ia sudah menjadi Presiden RI ia sering mengajak Menteri Pertanian, Menteri PU untuk ikut langsung ia blusukan.
Maksudnya dengan menunjukkan secara langsung seperti saluran irigasi yang perlu dibenahi, pembangunan bendungan yang harus segera direalisasikan setelah turun ke lapangan bertemu dengan para petani dan melakukan diskusi secara langsung.
Presiden Jokowi mengajak bawahannya dari kementerian untuk merasakan pengalaman yang tak terelakkan atau inescapable experience.
Dalam buku berjudul 'CHANGE!' karya Rhenald Kasali, teknik yang dilakukan Presiden Jokowi ini telah lama digunakan oleh perusahaan-perusahaan ternama.
Samsung misalnya bahkan sampai mengirim 100 orang karyawan senior yang memegang jabatan tinggi di perusahaan tersebut ke Amerika Serikat.
Seperti diketahui Samsung menguasai pasar handphone di Korea.
Samsung di Korea merupakan produkyang diunggulkan menjadi leader sekaligus penguasa pasar yang memperoleh citra premier quality.
Anehnya di Amerika Serikat bertolak 180 derajat.
Lha kok mau menguasai pasar, bisa laku saja sudah syukur.
Para eksekutif Samsung di Korea menilai eksekutif di Amerika gagal menjual Samsung.
Sedangkan eksekutif di Amerika mengatakan kalau orang-orang Korea tidak mengerti kalau produknya tak cocok dengan kebutuhan pasar Amerika.
Akhirnya 100 orang selevel dengan eksekutif dikirim ke Amerika Serikat, ini bukanlah sebuah bonus tahunan untuk jalan-jalan atau refreshing, melainkan mereka sedang bekerja.
Apa yang dilakukan?
Mereka diajak untuk mengalami inescapable experience, yakni mengalami, merasakan, mengetahui, mendengar langsung apa yang terjadi di sana.
Bagaimana produk-produk Samsung dijual di sana dan mengetahui reaksi langsung dari para konsumen.
Hal mengejutkan terjadi, para eksekutif yang dikirim ke Amerika akhirnya menyadari kalau kondisinya memang sangatlah berbeda dengan di Korea.
Produk-produk Samsung ternyata tidak dijajakan di toko-toko kecil (exclusive store) seperti di Korea tapi di hypermarket.
Tentu saja ini menjatuhkan citra Samsung sebagai produk yang remeh temeh banyak dijual di hypermarket.
Belum lagi display Samsung tidak pada tempat yang istimewa melainkan di keranjang diskon.
Sementara di Korea penjualan di toko-toko khusus dengan display utama yang menawan bahkan para karyawan toko mengenakan sarung tangan kain saat menjual produk Samsung.
Produk-produk Samsung ditaruh di belakang merek-merek leader seperti Sony, Philips bahkan di belakang para pengikut pasar seperti GE dan RCR.
Para eksekutif dari Korea tak bisa lari dari kenyataan karena ia melihat dengan mata kepala sendiri.
Menyentuh produk yang berdebu dengan tangan sendiri, produk sampai berdebu karena didiamkan oleh pelayan toko.
Mereka juga berdialog dengan para pembeli yang memakai merek-merek pesaing.
Berdasarkan pengalaman tersebut eksekutif dari Korea menyadari kalau Samsung memang raja di pasar Korea tapi belum menempati rumah yang layak di Amerika.
Setelah kunjungan tersebut akhirnya Samsung berbenah dan membuat produk sesuai dengan pasar Amerika bahkan membenahi strategi pemasaran.
Nah Presiden Jokowi ternyata melakukan teknik yang serupa, ia sering melakukan blususkan hanya ditemani ajudan atau dengan para bawahan terkait.
Melihat, mendengar, merasakan langsung, menyentuh, mengalami dan akhirnya bisa membuat perubahan dengan kebijakan yang sesuai. (KabareSolo.com/Robertus Rimawan Prasetiyo)
Post a Comment