Header Ads

Ketika Brand-brand Tas Kulit Populer Kumpul di Jateng Demi Tercipta Buku Pintar Panduan Berbisnis

KABARESOLO.COM/ROBERTUS RIMAWAN PRASETIYO - Brand Koentji Indonesia juga turut dalam diskusi dan identifikasi masalah dalam penyusunan buku panduan memulai usaha bidang kerajinan kulit yang didelenggarakan BEKRAF RI kerjasama dengan LPPM UNS.

KABARESOLO.COM - "Saya ini pengrajin dari nol, pengrajin kecil. Pernah juga ditipu 100 pasang sepatu diblong (tidak bayar), awalnya lancar pengiriman pertama, kedua sampai keempat lha kok diblong. Saya sempat goyang dan mulai lagi dari awal, tapi saya iklaskan saja."

Itu adalah salah satu keluh kesah peserta Diskusi Kelompok Terpumpun, Identifikasi Masalah Bidang Usaha Kerajinan Tas dan Sepatu Kulit Dalam Rangka Penyusunan Pedoman Pendirian dan Pengelolaan Usaha Ekonomi Kreatif, Minggu (15/7/2018), Lor In Hotel Jl Adi Sucipto No 47, Kenaiban, Blulukan, Colomadu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah 57174 mulai pukul 09.00 WIB.

NB: Pembelian tas produk Koentji silakan Shopee Koentji Indonesia.

Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF RI) sedang punya gawe, lembaga ini menyusun buku pedoman bagi orang awam saat berencana memulai usaha kreatif.

Semacam buku panduan langkah per langkah untuk memulai usaha dan kali ini yang disasar adalah usaha kerajinan tas dan sepatu kulit.

Lembaga setara kementerian ini bekerja sama dengan Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Sebelas Maret (UNS) dan mengundang para pelaku bisnis untuk berdiskusi, mengidentifikasi masalah hingga tercipta buku pedoman.

"Warung soto dan digital printing sudah ada bukunya dari memulai usaha hingga pengelolaan. Saat ini tas dan sepatu kulit akan ada panduannya. Selama ini sisi pariwisata berkembang sangat pesat tapi ekonomi kreatifnya belum, maka perlu disusun buku-buku panduan untuk memulai usaha," jelas Prof Sulistyo Saputro Ketua LPPM UNS di acara tersebut.

Bersama Tutik Susilowati selaku moderator sekaligus penulis dan Yuniawan Hidayat selaku PIC penulisan buku panduan, acara diskusi ini bergulir.

Sekitar belasan pengrajin tas dan sepatu kulit hadir dalam acara ini, mulai dari brand Koentji Indonesia, produsen tas dan dompet kulit asli dari Kota Solo, brand Aira asal Jogja, brand Zalva produsen tas dan dompet kulit dari ikan pari asal Boyolali, brand lama dan termasuk senior dalam di bidang kerajinan kulit Jaya Langgeng asal Jogja serta beberapa brand lainnya.

Dari Klaten ada pengrajin sepatu kulit kenamaan merek Twentino serta beberapa pengrajin lokal lainnya, ada juga pengrajin tas kulit buaya dan pelaku usaha terkait.

Diskusi ini akan melahirkan buku panduan untuk memulai usaha di bidang ini.

KABARESOLO.COM/ROBERTUS RIMAWAN PRASETIYO - Jaya Langgeng pemain senior di bidang kerajinan kulit menjadi narasumber dalam acara ini.


22 TAHUN 'JAHIT KULIT MANUSIA'

Di Acara ini dihadirkan pula narasumber yang memaparkan tentang bisnis yang telah dilakoni.

Elis Setyowati dari Jaya Langgeng Leather Handmade.

Jaya Langgeng merupakan pelaku usaha yang telah bertahun-tahun malang melintang di bidang kerajinan kulit.

Keunggulan produk tas dan dompet kulit Jaya Langgeng semuanya dikerjakan oleh tangan manusia alias handmade.

Selama ini tas dan dompet kulit sebagian besar handmade tapi tetap saja menggunakan mesin untuk menjahit tapi Jaya Langgeng menerapkan hal berbeda, semua benar-benar dikerjakan tangan manusia.

Mulai dari penyamakan, pewarnaan, pola hingga menjahit dan finishing.

Produk Jaya Langgeng dengan desain vintage dan original dengan ciri khas jahit tangan bukan jahitan menggunakan mesin.

Elis Setyowati yang menjadi narasumber di acara tersebut meneruskan usaha keluarga yang telah berjalan tahunan.

"Saya ini 22 tahun menjahit kulit manusia, alias asisten dokter bedah yang bertugas menjahit kulit manusia saat operasi dan sekarang ganti urusi jahit kulit sapi," jelas Elis yang spontan bikin peserta diskusi kaget.

Elis memang perawat yang memiliki sertifikasi sebagai asisten dokter bedah di sebuah rumah sakit swasta ternama di Yogyakarta, ia sudah terbiasa menjahit kulit manusia paskaoperasi.

Elis mengaku cukup berat meninggalkan profesinya dan beralih untuk mengembangkan Jaya Langgeng di bidang kerajinan kulit tapi memang kesibukannya tak bisa dibagi.

Ia kemudian memaparkan bagaimana pernik-pernik perizinan yang harus dimiliki, pengelolaan SDM , manajemen perusahaan hingga sistem marketing.

IST -  Elis Setyowati dari Jaya Langgeng,  konsisten memproduksi kerajinan kulit buatan tangan yang berkualitas. 


Produk-produk Jaya langgeng banyak diminati wisatawan mancanegara, sebagian besar suka dengan hasil kerajinan yang rapi, detail dan jahitan tangan.

"QC (quality control) produk Jaya langgeng adalah suami saya, kebetulan beliau orang Belanda dan sangat teliti, ada salah sedikit saja harus diperbaiki," imbuhnya.

Maka ia memastikan kalau produk keluaran Jaya Langgeng selalu berkualitas mulai dari pemilihan jenis kulit grade A hingga pengerjaannya.

Soal pengelolaan limbah menjadi diskusi yang penting pula.

Jaya Langgeng memiliki cara yang efektif dalam menangani limbah atau kulit sisa dari pembuatan produk kulit.

"Dari lembaran besar dibuat tas, sisanya dibuat dompet, sisa pembuatan dompet dibuat pernik-pernik perhiasan seperti bunga untuk hiasan tas atau gantungan kunci," katanya.

Beberapa waktu sebelumnya sisa kulit ada yang mengambil dengan dibeli tapi akhirnya tidak dilanjutkan mengingat beberapa produk turunan yang ditengarai berasal dari sisa kulit olahan kerajinan tas.

"Saya mendengar katanya sisa kulit ada yang dibuat krecek (kulit olahan sapi jadi makanan), ada juga yang dijadikan bahan bakar untuk pembuatan tahu. Bila benar keduanya tentu sangat membahayakan karena banyak zat kimia kok dikonsumsi dan kalau jadi bahan bakar pembuatan tahu, tahu yang telah jadi juga berbahaya," imbuh dia.

Hal inilah yang akhirnya bikin Jaya Langgeng menerapkan agar semua limbah sekecil apapun diproses menjadi produk yang bisa dijual.

Berminat dengan produk-produk Jaya Langgeng bisa kunjungi FB: Jaya Langgeng Leather IG: Jlleather atau situsnya di jlleather.co atau jayalanggeng.com.

KABARESOLO.COM/ROBERTUS RIMAWAN PRASETIYO - Para pelaku usaha di bidang kerajinan kulit saat mengikuti diskusi terkait pembuatan buku panduan memulai usaha bidang kerajinan kulit.


LARIS MANIS SETELAH DIKUNJUNGI IRIANA JOKOWI

Selain Jaya Langgeng, pengrajin kulit brand Zalva beralamat di Sambon RT 08/02 Banyudono, Boyolali, 573773 memiliki kisah unik.

Wawan Purnomo selaku pemilik mengisahkan pengalaman usahanya.

Lokasi produksi sekaligus etalase memajang produk-produk andalannya mendadak ramai setelah dikunjungi Ibu Negara.

Iriana Jokowi beberapa waktu lalu kunjungi produk kerajinan kulit milik Wawan dan membeli dompet kulit pari.

Mendadak rumah produksinya laris manis pembeli, tak sedikit pejabat serta warga yang berbondong ingin meminang dompet atau tas yang sama seperti yang dibeli Iriana Jokowi.

"Saya ketiban berkah, semenjak kehadiran Ibu Iriana Jokowi wah kunjungan naik lebih dari 200 persen," jelasnya.

Perjalanan bisnisnya hingga memproduksi sendiri produk kerajinan kulit ikan pari dan kulit sapi cukup panjang dan berliku.

Pada edisi khusus KabareSolo akan mengangkat kisah Wawan.

SI TAMPAN TWENTINO 

Di kesempatan itu ada juga pengrajin sepatu legendaris yang dikenal buatannya halus serta kuat.

Sepatu dengan brand Twentino, tak hanya tampan tapi populer di area Jawa Tengah.

Beralamat di Karang Lor, Babadan, Karanganom, Klaten Regency, Central Java 57475, sekitar 9 pengrajin mampu memproduksi hingga 30 sampai 40 pasang sepatu tiap hari.

"Ini adalah usaha yang dirintis ayah saya Hadi Prayitno, berawal dari kerja di pabrik sepatu lalu membuat sendiri," ujar koordinator produksi Sepatu brand Twentino.

Kini lantaran sudah berusia lanjut dan kemampuan sang ayah berhasil diturunkan pada anak-anaknya, semua anak dan saudara dekat saling bekerjasama untuk memproduksi sepatu Twentino.

Bahan baku sepatu Twentino ambil dari Jawa Timur baik kulit maupun sol sepatu lantaran lebih murah dan kualitasnya sesuai standar Twentino.

Saat ini Twentino memiliki beberapa rekanan toko sepatu dengan tenggat pembayaran 1 bulan, mereka tak bisa menambah toko lantaran biasanya tenggat pembayaran 3 sampai 4 bulan dan ini menyulitkan untuk perputaran uang.


ISENG YANG BERBUAH KOENTJI INDONESIA

Selain beberapa brand yang lebih dulu muncul ada brand baru dari Kota Solo yakni Koentji Indonesia.

Dalam pertemuan tersebut owner Koentji Indonesia berprinsip yang penting jalan dulu, jangan kebanyakan rencana.

Bila memang memiliki minat di bidang kerajinan kulit, dimulai dengan sambangi lokasi sentra kerajinan kulit lalu cari informasi sebanyak-banyaknya, mana yang memungkinkan untuk dilakukan.


A post shared by Koentji Indonesia (@koentji.id) on

Produk tas dan dompet kulit Koentji Indonesia meski baru hadir mampu menyemarakkan dunia bisnis kerajinan kulit.

Seperti brand-brand lain Koentji diundang untuk berikan masukan serta identifikasi masalah dalam penyusunan buku tersebut.

Perjalanan bisnis Koentji Indonesia sebelumnya sudah pernah diangkat KabareSolo.com dengan judul: Tas Kulit Brand Koentji Indonesia Berawal dari Jalan-jalan Iseng

Anda juga bisa kunjungi Instagram @Koentji.id untuk melihat produk sekaligus untuk tanya-tanya terkait stok atau pembelian.

JEMPOL PEGEL ALA AIRA

Satu lagi pemain di bidang kerajinan kulit.

Brand Aira asal Kota Gudeg Jogja tak kalah populer.

Asep sang owner mengawali ceritanya saat ia main di bidang ini ia rela agar jempolnya pegel.

Pegel lantaran harus klik follow untuk sosialisasikan produk bikinannya.

Aira mengandalkan Instagram untuk bisnisnya.

"Kini follower akun Aira di Instagram sudah banyak tapi awalnya agar dikenal saya klik-klik follow sampai jempol pegel," imbuhnya.

Asep juga mengaku kalau awalmula menekuni bisnis ini adalah kenekatan.

Bermodal nekat, jalani apa yang bisa hingga kini produksi serta brand-nya sudah dikenal pasar.

Beberapa paparan di atas merupakan sebagian kecil dari peserta masih ada beberapa peserta lain bahkan ada juga produk kulit buaya.

Kesulitannya ketika harus ekspor ke luar negeri terkait dokumen-dokumen kelengkapan yang harus dimiliki terutama untuk pengiriman yang hanya satu atau dua lembar.

Kulit buaya memang memiiki daya tarik dan punya pangsa pasar tersendiri dan menjadi bahasan menarik di diskusi tersebut.

Hasil diskusi dan identifikasi masalah akan menjadi buku yang diharapkan bisa membantu pelaku usaha yang ingin memulai di bidang kerajinan kulit.

KABARESOLO.COM/ ROBERTUS RIMAWAN PRASETIYO - Dr Sabartua Tampubolon, Direktur Harmonisasi Regulasi dan Standardisasi, BEKRAF RI paling kiri berkacamata saat berikan penjelasan terkait buku yang akan disusun.


BUKU PINTAR BEKRAF RI

Di kesempatan ini hadir pula Dr Sabartua Tampubolon, Direktur Harmonisasi Regulasi dan Standardisasi, BEKRAF RI.

Ia berkesempatan untuk memaparkan tentang buku yang akan disusun.

"Buku ini nantinya akan disusun untuk calon pengusaha, bukan buku untuk membuat sepatu atau tas kulit teknis. Semacam  buku pintar mendirikan usaha sepatu dan tas kulit. Buku ini jadi referensi bagi orang yangvingin terjun ke bisnis ini," jelas Dr Sabartua.

Ia kemudian mencontohkan tentang mobil di Indonesia.

Saat ini kenapa tak ada produsen mobil asal Indonesia?

Alasannya karena sekarang ini sudah puas dengan hanya menjadi pedagang.

Ia kemudian mencontohkan sebuah kopi merek terkenal asal Amerika, kopi tersebut harganya paling murah Rp 40 ribu, tapi kenapa laris manis.

Padahal bahan kopinya ngambil di Indonesia asal Toraja yang sehari-hari hanya dijual Rp 5 ribu sampai Rp 15 ribu.

Maka ia mengatakan kalau branding itu penting, ditambah lagi dengan keunikan, kreativitas sajian atau kalau tas kulit dari sisin desain.

Ekonomi kreatif nilai tambahnya ada di kreativitas dan saat ini bisa mendulang banyak rezeki bagi yang mampu untuk melihat peluang dan melakukannya.

Ia juga menyarankan agar desain yang telah dibuat dan asli buatan sendiri harus dipatenkan karena dengan hak atas kekayaan intelektual (HAKI) merupakan senjata ampuh untuk patahan kompetitor.

Ia mencontohkan banyak perusahaan seolah membiarkan pelaku bisnis yang catut namanya.

Misal jualan gunakan brand milik orang ain, yang jualan seolah dibiarkan karena nantinya akan beri keuntungan pada pemilik brand.

Tentu saja pemilik brand terbantu brand makin populer dan saat nanti sudah besar serta populer kasus dibawa ke pengadilan dan si peniru 'dibangkrutkan'.

Dr Sabartua menyarankan untuk daftarkan brand atau desain dan BEKRAF RI fasilitasi secara gratis saat ini.

Jadi bagaimana, berminat untuk mencoba? Namun bisa juga menunggu terlebih dahulu buku yang akan diterbitkan sebagai panduan. Selamat memulai bisnis. (KabareSolo.com/Robertus Rimawan Prasetiyo)

4 komentar:

  1. Balasan
    1. Menurut narasumber kami Koentji merujuk pada solusi atau jalan keluar atas suatu hal yang tertutup. Koentji bisa menjadi simbol pembuka rezeki, pembuka kesuksesan dan pembuka kebahagiaan.
      Diharapkan dengan menggunakan produk-produk Koentji tak hanya membawa hoki tapi juga tiga hal tersebut. Terima kasih.

      Hapus
  2. apakah buku tsb diperjualbelikan scr bebas? sy sedang mencari pengrajin kulit di solo yg bs mengerjakan produk tas, dompet, aagenda scr custom...dimn sy bs mendapatkan infonya ya? trimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih, buku tersebut setahu saya gratis dan diterbitkan oleh Badan Ekonomi Kreatif, silakan bisa langsung menuju situs resmi Badan Ekonomi Kreatif tinggal ketik saja di Google. Nanti bisa kirim email atau kontak untuk menanyakan perihal buku tersebut, kemungkinan bukunya masih dalam proses pengerjaan. Pengrajin kulit di wilayah Solo untuk saat ini belum ada tapi saya memiliki kontak di wilayah yang terdekat di Boyolali. Pengrajin tersebut juga diundang oleh tim Bekraf terkait penerbitan buku ini. Silakan WA nomor kami di 081356760248 nanti akan kami beritahu kontak serta alamatnya. Semoga membantu, terima kasih.

      Hapus

Diberdayakan oleh Blogger.