Header Ads

Ini Lho Wahana Bermain Anak Gratis di Solo dan Sekelumit 'Kisah Pahit' di Baliknya

 
Taman Monumen 45 Banjarsari rekreasi nyaman, taman bermain anak yang lengkap, ruang hijau yang asri, sayang untuk dilewatkan.

KABARESOLO.COM - Siapa bilang di zaman sekarang tak ada yang gratis? Kalau anak-anak ingin bermain biasanya harus merogoh kocek tak sedikit, apalagi di mall, tapi di sini gratis-tis tak dipungut biaya sepeserpun.

Banyak wahana bermain untuk anak, dengan berbagai jenis dan bisa digunakan sepuasnya apalagi ditambah fasilitas ruang hijau terbuka, menjadikan tempat ini sebagai lokasi favorit untuk melepas penat, Kamis (1/2/2018).

Tak hanya itu masih ada beberapa fasilitas yang disediakan bikin kita betah.

Ingin sekedar nongkrong, menyatakan cinta atau bahkan mencoba rapat dengan tim kerja di ruang terbuka? Di sini ada beberapa kursi yang disediakan plus atap kalau sekiranya hujan.

Tempat duduk dan meja dirancang asyik agar bisa menikmati suasana asri tempat ini.

Penasarankan apa nama lokasi tersebut, namanya adalah Taman Monumen 45 Banjarsari.

Pada Selasa (30/1/2018) lalu KabareSolo.com  berkesempatan menikmati keasrian tempat ini.

Ingin ngobrol santai, menyatakan cinta atau rapat bareng rekan-rekan di outdoor, di sini juga jadi pilihan tepat, apalagi gratis!


Taman Monumen 45 Banjarsari merupakan sebuah kawasan hijau terbuka dengan sebuah aikon monumental perjuangan para pahlawan saat itu yang berjuang dengan darah dan airmata.

Beberapa catatan sejarah bahkan menulis tentang latar belakang dibangunnya monumen ini, ada tragedi dan sekelumit kisah pahit di baliknya.

Data-data korban yang berjatuhan bahkan dicatat secara rinci.

Monumen ini menandai keberanian para pejuang yang dibantu oleh pelajar dan masyarakat untuk mempertahankan Solo sehingga jadi posisi tawar dalam perundingan.

Kisah pahitnya akan dikupas nanti, tapi saat ini kawasan ini merupakan lokasi yang perlu Anda kunjungi kalau ingin ke Solo.

Kawasan ini sangat luas dan banyak lahan kosong di sekitar yang memudahkan untuk parkir mobil, tapi idealnya gunakan kendaraan umum agar bisa total menikmati keasrian Monumen 1945 tanpa khawatir kendaraan pribadi.

Banyak pilihan apalagi saat ini dimudahkan dengan ojek online baik sepeda motor maupun dengan mobil.



Arsitek kawasan ini perlu diacungi jempol, mulai dari aikon monumen yang tampak megah dan menggambarkan pahit getirnya pejuang mengusir penjajah dalam relief di monumennya hingga taman dan wahana bermain bagi anak-anak.

Kawasan monumen didominasi dengan pepohonan hijau, cuaca panas dan terik tak akan terasa justru udara yang segar yang didapatkan.

Beberapa area juga sering digunakan oleh guru sekolah di sekitar monumen untuk berolahraga seperti senam.

Wahana permainan untuk anak sangat beragam dan menyenangkan.


Kawasan ini juga cocok untuk jogging.

Sementara itu banyak pilihan wahana untuk bermain bagi anak-anak.

Ada ayun-ayunan, perosotan, sepeda-sepedaan 'memutar' serta berbagai jenis lainnya.

Area bermain anak cukup luas membuat anak-anak bebas untuk berlarian, bercanda dengan teman-teman.

Namun jangan kaget kalau anak saking asyiknya bermain mungkin jadi sulit untuk diajak pulang.

Monumen 1945 menjadi tempat favorit bagi para guru playgroup dan TK untuk datang membawa anak-anak didiknya karena area yang luas, banyak wahana bermain dan paling penting, gratis.

Korban sipil berjatuhan

Monumen 1945 merupakan penanda pahit getirnya perjuangan.

Ada beberapa peristiwa yang menandai dibangunnya monumen ini.

Peristiwa-peristiwanya banyak dibahas di berbagai forum satu di antaranya di forum ini yang membahas serangan umum 4 hari di Solo.

Di forum tersebut dibahas bagaimana serangan yang dikenal sebagai Serangan Umum Empat Hari berlangsung tanggal 7-10 Agustus 1949 dilakukan secara gerilya oleh pejuang, pelajar dan mahasiswa sukses menguasai kawasan Solo.

Selain asyik untuk berekreasi juga sebagai tempat untuk ajak anak-anak mengenang jasa para pahlawan.


Serangan tersebut sengaja dilakukan sebelum gencatan senjata yang ditetapkan Jenderal Sudirman pada tanggal 11 Agustus 1949 untuk menaikkan posisi tawar saat berunding.

Kesuksesan ini berbuah manis tapi juga pahit, manisnya, tentara kerajaan Belanda yang gagal pertahankan Solo menggoyahkan keyakinan Parlemen Belanda atas kinerja tentaranya.

Imbasnya Perdana Menteri Drees akhirnya mengakomodasi tuntutan delegasi Indonesia sebelum dilakukan Konferensi Meja Bundar.

Namun tak hanya manis yang dirasakan, tragedi bagi warga sipil dirasakan.

Seharusnya tanggal 11 Agustus 1949 dilakukan gencatan senjata tapi tentara Belanda saat itu yang gagal pertahankan Solo menerjunkan tentara baret hijau dan melanggar gencatan senjata,

Tanpa pandang bulu tentara menewaskan banyak warga sipil, tercatat lebih dari 150 orang warga sipil tewas.

Monumen 1945 menandai darah dan airmata serta kegigihan para pendahulu untuk perjuangkan kemerdekaan. 

Namun sekarang jadi tempat yang ideal untuk melepas penat di tengah kesibukan aktivitas warga Kota Solo.

Jangan lupa tetap mengenang dan mendoakan jasa para pendahulu kita ya. (KabareSolo.com/Robertus Rimawan Prasetiyo)



Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.