Ini Alasannya Kenapa Usia Peserta Lomba Nulis di Festival Sastra Jateng 2019 Maksimal 35 Tahun
IG ANANTAKA.CT - Berbagai kompetisi yang digelar di rangkaian acara Festival Sastra Jawa Tengah 2019. |
KABARESOLO.COM - Kompetisi penulisan sastra seperti cerpen, puisi, lakon dan baca puisi dalam rangkaian Festival Sastra Jateng 2019 diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah bekerjasama dengan Anantaka Cultural Trust.
Kompetisi penunulisan sastra tenggat waktu pendaftaran dan pengiriman karya sampai 8 Juni 2019 sedangkan baca puisi tenggat pendaftaran pada 15 Juni 2019 dan pelaksanaan lomba pada 22 Juni 2019 lokasi pelaksanaan lomba akan diinformasikan lebih lanjut.
Nah ada satu hal unik yakni terkait pembatasan usia peserta, pada petunjuk umum usia peserta maksimal 35 tahun.
Kenapa demikian? KabareSolo.com mendapatkan jawaban terkait pembatasan usia ini setelah menghubungi seorang narahubung terkait penyelenggaraan Festival Sastra Jateng 2019, Jumat 17 Mei 2019.
Ika Camelia dari Anantaka Cultural Trust sebagai pelaksana kegiatan menjelaskan kalau tujuan penyelenggaraan kompetisi ini untuk merangsang tumbuhnya sastrawan-sastrawan baru.
Salah satu upaya untuk regenerasi dan muncul sastrawan-sastrawan baru.
Seperti pada Petunjuk Teknis Festival Sastra Jawa Tengah disebutkan bahwa regenerasi sastrawan merupakan hal yang penting.
Festival Sastra Jawa Tengah merupakan ikhtiar kecil menuju regenerasi, dan diharapkan muncul bibit-bibit sastrawan muda Jawa Tengah dan semakin tumbuh serta berkembang.
Seperti diketahui Jateng menjadi provinsi yang kaya akan budaya serta tradisi, sudah banyak seniman, budayawan dan penggerak seni budaya 'lahir' dan berproses.
Kiprah para mereka mewarnai khasanah seni budaya Indonesia bahkan dunia.
Di bidang sastra beberapa nama seperti Ahmad Tohari, NH Dini, Darmanto Jatman, Dorothea Rosa Herliany, Eko Tunas, Triyanto Bung Smas, Hanindawan, Handry TM, dan lain
sebagainya.
Nama-nama ini menulis berbagai macam karya sastra, mulai dari puisi, cerpen, novel, hingga lakon dengan cirinya yang khas.
Maka diselenggarakanlah kompetisi ini untuk merangsang generasi muda.
Berikut petunjuk teknis pelaksanaan kompetisi tersebut selengkapnya.
Anda juga bisa klik tautan ini untuk juknis hingga formulir pendaftaran serta syarat lainnya.
TANGKAI KOMPETISI
Tangkai kompetisi yang digelar dalam Festival Sastra Jawa Tengah 2019, adalah :
1. Penulisan Sastra
Yang terdiri dari 3 kategori : (a)Penulisan Cerpen; (b) Penulisan Puisi; (c) Penulisan Lakon
2. Baca Puisi
PETUNJUK UMUM
• Peserta kompetisi adalah warga Jawa Tengah
• Usia peserta maksimal 35 tahun
• Khusus untuk tangkai Baca Puisi, kuota total peserta 80 orang
• Peserta akan didaftar berdasarkan domisili Kabupaten/kota. Jika terdapat lebih dari 2
orang yang berasal dari satu kabupaten/kota, pendaftar ke-3 dst yang berasal dari
kabupaten/kota yang sama akan dimasukkan dalam daftar peserta, apabila kuota
dari kabupaten/kota lain tidak terpenuhi.
• Khusus untuk tangkai Penulisan Sastra, peserta kompetisi diwajibkan mengisi dan
menandatangani Surat Pernyataan Orisinalitas Karya (bermeterai).
• Peserta kompetisi mendaftarkan diri dengan mengisi Formulir Pendaftaran yang
telah disediakan, serta melampirkan fotocopy/scan Kartu Identitas (KTP/Kartu
Pelajar).
• Berkas pendaftaran bisa dikirim melalui email [email protected]
dengan menyebutkan atau mengisi tangkai kompetisi yang dipilih/diikuti pada kolom
subject (Contoh > Subject: Tangkai Penulisan Cerpen). Atau bisa dikirim melalui pos
kepada :
Sekretariat Festival Sastra Jawa Tengah 2019
u/p Bp. Budi Santosa
Dinas Pendidikan & Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah
Seksi Kesenian (Gedung C, Lantai 2)
Jl. Pemuda No. 134, Semarang - 50132
• Setelah berkas pendaftaran terverifikasi, peserta akan mendapatkan nomor
pendaftaran. Kepesertaan dianggap sah apabila peserta sudah memiliki nomor
pendaftaran tersebut.
• Tenggat waktu kompetisi Penulisan Sastra 8 Juni 2019.
• Tenggat waktu pendaftaran kompetisi Baca Puisi 15 Juni 2019.
• Temu Teknis Baca Puisi 21 Juni 2019. Bersamaan dengan Temu Teknis, Peserta
diharuskan melakukan daftar ulang untuk mendapatkan nomor urut tampil.
• Penyelenggaraan kompetisi Baca Puisi 22 Juni 2019. Bertempat di :
Auditorium RRI Semarang
Jl. Jend. A. Yani, No. 144 – 146
Semarang
• 6 besar untuk masing-masing tangkai kompetisi Penulisan Sastra akan diumumkan di
website Dinas Pendidikan & Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah serta dihubungi
langsung oleh panitia.
• Pengumuman dan penyerahan penghargaan pemenang Festival Sastra Jawa Tengah,
akan dilaksanakan pada 22 Juni 2019 (Setelah kompetisi baca puisi selesai).
PETUNJUK KHUSUS
1. KOMPETISI PENULISAN SASTRA (CERPEN, PUISI, LAKON)
• Tema : Jawa Tengah Rumahku
• Peserta hanya boleh mengirimkan satu buah karya.
• Peserta mengirimkan karya melalui email [email protected]
atau bisa mengirimkan melalui pos ke alamat :
Sekretariat Festival Sastra Jawa Tengah 2019
u/p Bp. Budi Santosa
Dinas Pendidikan & Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah
Seksi Kesenian (Gedung C, Lantai 2)
Jl. Pemuda No. 134, Semarang - 50132
• Kriteria penilaian Penulisan Puisi :
a. Keaslian dan kesegaran ungkapan
b. Keutuhan dan keselarasan dengan tema
c. Diksi, rancang bangun, dan gaya bahasa
• Kriteria penilaian Penulisan Cerpen :
a. Keaslian dan kesegaran bahasa
b. Keutuhan dan keselarasan dengan tema
c. Keunikan cerita, rancang bangun, dan eksplorasi tematik
• Kriteria penilaian Penulisan Lakon :
a. Keaslian dan kemenarikan untuk dipanggungkan
b. Keutuhan dan keselarasan dengan tema
c. Menggunakan bahasa Indonesia yang ekspresif dan kaya akan makna baru
d. Durasi pementasan naskah 30 – 60 menit
2. KOMPETISI BACA PUISI
• Peserta membacakan 1 (satu) puisi yang bisa dipilih dari 5 puisi dibawah ini.
• Pilihan puisi adalah sebagai berikut:
a. “Kepada Kawan” karya Chairil Anwar
b. “Sajak Matahari” karya W.S. Rendra
c. “Memandang Padang Alang-Alang Pada Suatu Malam” karya Darmanto
Jatman
d. “Bunga dan Tembok” karya Wiji Thukul
e. “Requiem Bagi Kepompong yang Tak Sempat Bisa Terbang” karya Dorothea
Rosa Herliany
• Penilaian: pemahaman, penghayatan, vokal, penampilan
E. HADIAH DAN PENGHARGAAN
Pemenang di setiap tangkai kompetisi akan mendapatkan hadiah dan penghargaan
sebagai berikut:
• Juara I : Rp. 8.500.000 (Uang tunai, Trophy , dan Piagam)
• Juara II : Rp. 6.500.000 (Uang tunai, Trophy , dan Piagam)
• Juara III : Rp. 5.000.000 (Uang tunai, Trophy , dan Piagam)
• Harapan I : Rp. 4.000.000 (Uang tunai, Trophy , dan Piagam)
• Harapan II : Rp. 3.750.000 (Uang tunai, Trophy , dan Piagam)
• Harapan III : Rp. 3.500.000 (Uang tunai, Trophy , dan Piagam).
PILIHAN PUISI
Berikut pilihan puisi dalam kompetisi baca puisi.
“KEPADA KAWAN” karya Chairil Anwar
Sebelum ajal mendekat dan mengkhianat,
mencengkam dari belakang ‘tika kita tidak melihat,
selama masih menggelombang dalam dada darah serta rasa,
belum bertugas kecewa dan gentar belum ada,
tidak lupa tiba-tiba bisa malam membenam,
layar merah berkibar hilang dalam kelam,
kawan, mari kita putuskan kini di sini:
Ajal yang menarik kita, juga mencekik diri sendiri!
Jadi
Isi gelas sepenuhnya lantas kosongkan,
Tembus jelajah dunia ini dan balikkan
Peluk kucup perempuan, tinggalkan kalau merayu,
Pilih kuda yang paling liar, pacu laju,
Jangan tambatkan pada siang dan malam
Dan
Hancurkan lagi apa yang kau perbuat,
Hilang sonder pusaka, sonder kerabat.
Tidak minta ampun atas segala dosa,
Tidak memberi pamit pada siapa saja!
Jadi
mari kita putuskan sekali lagi:
Ajal yang menarik kita, ‘kan merasa angkasa sepi,
Sekali lagi kawan, sebaris lagi:
Tikamkan pedangmu hingga ke hulu
Pada siapa yang mengairi kemurnian madu !!!
~~~
“SAJAK MATAHARI” karya W.S. Rendra
Matahari bangkit dari sanubariku,
menyentuh permukaan samodra raya.
Matahari keluar dari mulutku, menjadi
pelangi di cakrawala.
Wajahmu keluar dari jidatku, wahai
kamu, wanita miskin! kakimu
terbenam di dalam lumpur.
Kamu harapkan beras seperempat gantang, dan
di tengah sawah tuan tanah menanammu!
Satu juta lelaki gundul keluar
dari hutan belantara,
tubuh mereka terbalut lumpur dan
kepala mereka berkilatan
memantulkan cahaya matahari.
Mata mereka menyala tubuh
mereka menjadi bara
dan mereka membakar dunia.
Matahari adalah cakra jingga
yang dilepas tangan Sang Krishna. Ia
menjadi rahmat dan kutukanmu, ya,
umat manusia !
~~~
“MEMANDANG PADANG ALANG-ALANG PADA SUATU MALAM” karya Darmanto Jatman
Tiada kusaksikan sesuatu
Waktu aku menatap jauh kepadamu
Angin membunyikan suara tak tentu
Meraba bibirku:
Ia seolah bisikan
Ia seolah nyanyi
Sebab aku tak boleh berdusta
Maka kubilang padamu:
Ia hanyalah angin yang menyentuh bibirku belaka
(Wah. Aku sudah cemas
Kalau-kalau aku bilang itu peri
Padahal sekadar ilalang yang berayun
Sentuh-menyentuh pucuk ke pucuk).
Namun daripada kita diam
Ayo kita nyanyikan bukan dusta dari nenek moyang kita
Sir sir pong dele gosong
Sir sir pong dele gosong
Tentu bukan dusta
Sebab sebagai kata mereka:
Itulah milik kita yang sah
Yang telah diuji dan diasah oleh sejarah.
Tiada kudengar sesuatu
Waktu aku menilingkan telingaku kepadamu
Angsa-angsa berbaris di bawah bulan
Mendongak-dongakkan kepala secara serempak:
Seolah menjerit
Seolah menari
Namun
Sebab aku tak boleh berdusta
Maka kubilang padamu:
Mereka tentu tidak minta keajaiban
Dari terang bulan menuju ke hujan
(Wah. Sulaiman
Wah. Anglingdarma)
Sungguh
Tiada kudengar
Tiada kusaksikan
Riuh rendah
Karnaval topeng-topeng
(Namun toh terasa
gemuruh yang menyesak
gemerlap yang me…….
Haii!
Siapa yang paling bodoh
Copot topengmu!
Buka suaramu!
Dan tiba-tiba:
Wah!
Tuhan tersipu-sipu di muka kita
Tapi
Siapakah Dia?
~~~
“BUNGA DAN TEMBOK” karya Wiji Thukul
Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang tak
Kau hendaki tumbuh
Engkau lebih suka membangun
Rumah dan merampas tanah
Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang tak
Kau kehendaki adanya
Engkau lebih suka membangun
Jalan raya dan pagar besi
Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang
Dirontokkan di bumi kami sendiri
Jika kami bunga
Engkau adalah tembok itu
Tapi di tubuh tembok itu
Telah kami sebar biji-biji
Suatu saat kami akan tumbuh bersama
Dengan keyakinan: engkau harus hancur !
Dalam keyakinan kami
Di manapun – tirani harus tumbang !
~~~
“REQUIEM BAGI KEPOMPONG YANG TAK SEMPAT BISA TERBANG” karya Dorothea Rosa Herliany
di sinikah tepi bagimu, ketika segalanya berubah
abu. tinggal asap. kau tak mampu menyingkapkan tirai
tipis itu. debur laut makin jauh. melongokmu.
di sinikah tepi bagimu?
mulutmulut masih bercerita: apa arti kenangan bagi
benang yang tak rampung kaupintal? semua
menyisipkan bungabunga pada katakatanya. masih
kebohongan dan kepalsuan yang melepaskanmu.
di sinikah tepi bagimu, laut tak memberikan garam.
tapi matahari menyebarkan asing siang yang terik.
keringatkeringat pertentangan. tendangmenendang
kehidupan yang disyahkan. sebuah kota sebelum ajal.
di sinikah tepi bagimu?
sebuah stasiun bisu. gerbonggerbong jadi keranda.
bergerit dalam ngilu. kehitaman lokomotif dan dengus
: batuk dalam darah di dadamu! kehidupan inikah
tepi bagimu.
tilgram tak terbaca di mejaku. kadokado
belasungkawa tak pernah dikirimkan. duka sudah
habis. juga pada tokotokoswalayan. tinggal harapan
pada pantat lalat yang terpeleset kilau keangkuhan lelaki
di belakang loket.
menontonlah kita di kejauhan!
1992
~~~
Demikian pilihan puisi dalam kompetisi tersebut.
Selamat berjuang semoga raih kemenangan. (KabareSolo.com/Robertus Rimawan Prasetiyo)
Post a Comment