Header Ads

Ini Hasil Munas Pertama Pesparani Katolik di Ambon

ISTIMEWA - Munas pertama Pesparani di Ambon berjalan lancar  


“Tidak disangkal, lagu-lagu dan nyanyian merupakan sarana fektif untuk memperkuat identitas keindonesiaan kita eskaligus merawat NKRI."  (Mahfud MD) 

KABARESOLO.COM, AMBON - Usai menggelar  berbagai lomba, Lembaga Pembinaan dan Pengembangan PESPARANI Katolik Nasional (LP3KN) mengadakan seminar nasional dan musyawarah nasional (Munas)  di Islamic Center, Ambon, Maluku, Rabu (31/10-2018). Kedua acara ini merupakan rangkaian Pesparani (Pesta Paduan Suara Gerejani) yang berlangsung di Ambon, Maluku pada 27 Oktober-1 November.

Seminar yang diikuti utusan dari 34 provinsi ini dibuka oleh Gubernur Maluku Said Assagaf. Tampil sebagai pembicara Mohammad Mahfud MD (Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila), Mgr Petrus Canisius Mandagi MSC (Uskup Keuskupan Amboina), Mgr Agustinus Agus (Uskup Keuskupan Agung Pontianak). Sementara moderator adalah Paulus Tri Agung (wartawan Kompas).

Dalam sambutannya, Assagaf mengungkapkan  bahwa Maluku memang pernah terjadi konflik sosial tetapi masyarakat Maluku mampu bangkit untuk melakukan rekonsiliasi dan membangun perdamian.

Dari pengalaman ini pemerintah, tokoh agama, dan masyarakat berupaya  mewujudkan Maluku sebagai laboratorium kerukunan dan perdamaian.

Sementara Mahfud menyampaikan, banyak sarana yang dapat mempersatukan bangsa Indonesia. Antara lain lewat olahraga dan seni.

“Tidak disangkal, lagu-lagu dan nyanyian merupakan sarana fektif untuk memperkuat identitas keindonesiaan kita eskaligus merawat NKRI. Oleh karena itu para musisi dan penyanyi dianjurkan untuk bisa menggunakan musik dan lagu untuk mengekspresikan kecintaannya kepada bangsa dan negara.”

Dalam uraiannya Mgr Mandagi menuturkan pengalamannya ketika konflik berlangsung di Maluku.

Pemimpin umat Katolik di Maluku ini berupaya merajut perdamaian dan persatuan di tengah tragedi kemanusiaan yang banyak menelan korban jiwa ini. Upaya ini dapat terjadi berkat berbagai perjumpaan yang tulus antarumat beragama di Maluku.

HASIL MUNAS

Usai seminar, para peserta mengikuti Munas di tempat yang sama. Munas yang diikuti oleh 33 provinsi ini, Jawa Timur tidak hadir, dipimpin oleh Ketua Umum LP3KN Adrianus Meliala. Turut mendampingi Toni Pardorsi (Sekretaris Umum), Pastor PC Siswantoko Pr (Ketua I), Pastor John Rose Pr (Ketua II), Pastor Agus Ulahayanan Pr (Ketua III), Susetyo Edi Prabowo (Ketua Bidang Penyelenggara), dan Leornadus J. Renyut (Ketua Bidang Dana).

Sebelum Munas dibuka, Dirjen Bimas Katolik Kementerian Agama Eusabius Binsasi yang turut hadir dalam Munas memberikan pengarahan. Eusabius menyatakan bahwa Munas adalah wadah pengambilan keputusan terkait dengan hal-hal substansial organisasi LP3KN, salah satunya adalah tentang tuan rumah Pesparani Nasional mendatang.

"Munas LP3KN mesti terlaksana dalam semangat persaudaraan dalam semangat kekatolikan," ujarnya.

Lembaga Pembinaan dan Pengembangan PESPARANI Katolik (LP3K) adalah lembaga yang secara khusus memiliki tugas untuk mengadakan PESPARANI secara rutin. Lembaga  ini memiliki tiga pilar, yaitu Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), pemerintah, awam.

Untuk mewujudkan kegiatan ini dibentuk LP3KN di tingkat nasional. Di tingkat daerah (provinsi, kabupaten, dan kota) dibentuk Lembaga Pembinaan dan Pengembangan PESPARANI Katolik Daerah (LP3KD).

PESPARANI sendiri merupakan suatu aktivitas seni budaya umat Katolik dalam bentuk pagelaran, lomba musik, dan nyanyian liturgi dengan tujuan mengembangkan pemahaman, penghayatan, dan pemahaman masyarakat Katolik terhadap ibadah dan liturgi gerejani.

Di samping itu PESPARANI adalah salah satu bentuk kegiatan kerohanian untuk pengembangan iman yang sekaligus memperhatikan, menghargai, dan mendorong pengembangan seni budaya bernafaskan iman Katolik.

Oleh karena itu dalam Munas kali ini secara khusus membahas tentang penyelenggaraan PESPARANI Katolik Nasional yang kedua. Sidang paripurna ini  menghasilkan dua keputusan.

Pertama, sesuai statuta PESPARANI diadakan tiga tahun sekali. Namun, untuk PESPARANI II akan diadakan pada tahun 2020.

Hal ini diputuskan mengingat pada tahun 2021 akan diadakan MTQ Nasional dan PESPARAWI Nasional. Dengan diadakannya PESPARANI pada dua tahun mendatang akan mempermudah pemerintah daerah dalam memberangkatkan kontingen untuk mengikuti Pesparani Katolik Nasional II.

Kedua, memutuskan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dan DKI Jakarta untuk menjadi calon tuan rumah PESPARANI Katolik Nasional II. Kedua provinsi ini dianggap memenuhi syarat untuk menjadi tuan rumah karena telah membawa surat rekomendasi dukungan dari gubernur masing-masing.

Untuk penentuan rumah Pesparani selanjutnya, LP3KN akan mengadakan konsultasi dengan otoritas Gereja Katolik (KWI dan keuskupan terkait) untuk nantinya ditetapkan oleh Menteri Agama salah satu provinsi yang akan ditunjuk sebagai tuan rumah Pesparani II. (*/KabareSolo.com) 

Tidak ada komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Diberdayakan oleh Blogger.